BMW Astra Tawarkan Shuttle Gratis dan Segudang Promo Spesial di GIIAS 202522 Jul 2025
BMW Astra Tawarkan Shuttle Gratis dan Segudang Promo Spesial di GIIAS 202522 Jul 2025
Jakarta, Goodcar.id - Menjelang pameran otomotif terbesar di Indonesia, GIIAS 2025 yang akan digelar pada 24 Juli hingga 3 Agustus di ICE BSD, BMW Astra kembali menunjukkan keseriusannya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Salah satu inisiatif menarik yang dihadirkan tahun ini adalah layanan shuttle bus gratis dari diler BMW Astra Serpong menuju lokasi pameran GIIAS.
Menurut Sanfrantis Tanu, Chief Executive BMW Astra, layanan ini bukan sekadar moda transportasi. Pengunjung yang menggunakan shuttle akan langsung mendapatkan tiket masuk GIIAS secara cuma-cuma, serta parkir gratis di showroom BMW Astra Serpong. “Kami ingin pengalaman pelanggan semakin menyenangkan. Tak hanya dari sisi produk, tapi juga dari cara mereka mengakses GIIAS,” ungkapnya.
Promo Eksklusif Selama GIIAS 2025
Selama pameran berlangsung, BMW Astra menghadirkan sederet program eksklusif yang berlaku di seluruh jaringan diler mereka di Indonesia. Promo yang ditawarkan mencakup berbagai hadiah langsung dan fasilitas menarik, seperti Nespresso machine, iPhone 16, dan BMW Advance Car Eye 3.0 untuk pembelian unit baru.
Selain itu juga ada BMW Seal & Protect sebagai perlindungan tambahan, voucher bensin senilai Rp5 juta, Samsung Galaxy Fold 6, voucher travel Pelita Air Rp2 juta, voucher BMW Accessories & Lifestyle Rp2,5 juta, dan
BMW Car Care voucher senilai Rp3 juta.
Promo Servis dan After Sales
Tidak hanya itu, BMW Astra juga memberikan perhatian lebih kepada pelanggan lama melalui layanan aftersales yang menarik. Selama periode GIIAS, pelanggan bisa menikmati gratis isi daya baterai untuk seluruh model kendaraan listrik BMW, gratis uji emisi untuk seluruh pelanggan, spooring hanya Rp149 ribu, diskon 25% suku cadang dan diskon 50% jasa servis untuk mobil BMW yang berusia lebih dari empat tahun.
Festival Mobil Bekas BMW Astra
Tak hanya fokus pada mobil baru, BMW Astra juga menggelar BMW Astra Used Car Festival selama GIIAS 2025. Acara ini menghadirkan deretan unit pre-owned BMW berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Beberapa keuntungan yang ditawarkan ada asuransi jiwa gratis senilai Rp100 juta dari Asuransi Astra.
Lalu gratis Car Eye 3.0 dan premium coating, hadiah langsung seperti Samsung Galaxy Fold 6 dan Galaxy Watch 7.
GIIAS 2025 akan diikuti lebih dari 120 brand otomotif, termasuk mobil, motor, aksesori, velg, ban, teknologi digital, hingga gaya hidup otomotif. BMW Astra menjadi salah satu pemain besar yang akan menampilkan teknologi, kenyamanan, dan layanan kelas atas.
Harga tiket masuk GIIAS 2025:
Online: Rp50.000 (weekdays) | Rp100.000 (weekend)
Onsite: Rp75.000 (weekdays) | Rp125.000 (weekend)
Lihat Selengkapnya
Penjualan Anjlok, Mobil Hidrogen Terancam Gagal Bersaing dengan EV Baterai11 Jul 2025
Penjualan Anjlok, Mobil Hidrogen Terancam Gagal Bersaing dengan EV Baterai11 Jul 2025
Tokyo, Goodcar.id – Masa depan mobil hidrogen alias Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) kian diragukan. Raksasa otomotif Toyota melaporkan penjualan global FCEV hanya mencapai 1.778 unit sepanjang 2024, menandai penurunan 55,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menjadi catatan terburuk sejak 2020, saat pandemi Covid-19 melumpuhkan pasar otomotif global.
Laporan dari Hydrogen Insight (2025) menyebutkan bahwa penurunan tajam ini dipicu oleh merosotnya minat pasar luar Jepang terhadap kendaraan hidrogen. Toyota hanya berhasil menjual 1.102 unit FCEV di luar negeri pada 2024, jauh di bawah capaian 3.575 unit pada 2023. Artinya, pasar non-Jepang mengalami penurunan lebih dari 69% dalam satu tahun.
Sementara itu, pasar domestik Jepang masih menjadi tulang punggung penjualan FCEV Toyota. Namun demikian, performa di negeri sendiri pun tidak sekuat sebelumnya.
Berdasarkan data dari Japan Automobile Dealers Association (JADA), penjualan kendaraan hidrogen di Jepang tercatat hanya 676 unit sepanjang 2024, jauh dari puncaknya yang mencapai 2.464 unit pada 2021. Ini berarti penurunan lebih dari 70% dalam tiga tahun terakhir.
Toyota Mirai, model andalan FCEV mereka, kini menghadapi tantangan besar, terutama dari pesatnya adopsi kendaraan listrik berbasis baterai (BEV). Menurut The Japan Times dan InsideEVs, konsumen Jepang lebih tertarik pada mobil listrik yang bisa diisi daya di rumah, dibanding mobil hidrogen yang sangat tergantung pada stasiun pengisian yang masih terbatas.
Di Tokyo, salah satu kota yang paling gencar mendorong dekarbonisasi, hanya ada sekitar 1.600 unit FCEV yang beroperasi pada akhir 2024. Sebagai perbandingan, lebih dari 22.000 unit BEV tercatat aktif di kota yang sama, mengindikasikan dominasi pasar oleh mobil listrik baterai.
Masalah lainnya adalah tingginya biaya infrastruktur dan efisiensi energi. Studi dari Interact Analysis mengungkapkan bahwa “well-to-wheel” efficiency kendaraan FCEV hanya sekitar 30–40%, jauh di bawah BEV yang bisa mencapai 80–90%, menjadikan mobil hidrogen kurang efisien dalam pemanfaatan energi.
Meski demikian, Toyota masih mempertahankan komitmennya terhadap hidrogen. Dalam beberapa kesempatan, mereka menyatakan FCEV tetap punya potensi untuk kendaraan berat dan komersial, di mana waktu pengisian cepat dan jangkauan jauh lebih dibutuhkan.
Namun untuk kendaraan penumpang, tren global menunjukkan arah berbeda. Negara-negara seperti Jerman, Inggris, dan AS kini lebih fokus membangun infrastruktur EV daripada hidrogen. Di tengah kondisi ini, masa depan FCEV, setidaknya untuk segmen mobil pribadi—masih menjadi tanda tanya besar.
Mobil Hidrogen yang Tersedia di Jepang dan Global
Toyota Mirai
Honda Clarity Fuel Cell (sudah dihentikan produksinya pada 2021 tapi masih beredar)
Mobil Hidrogen Secara Global
Toyota Mirai (Gen 1 & Gen 2)
Honda Clarity Fuel Cell
Hyundai Nexo
Hyundai ix35 Fuel Cell (generasi awal, sudah dihentikan)
BMW iX5 Hydrogen (dalam skala terbatas, pilot project)
Riversimple Rasa (startup asal Inggris, unit sangat terbatas)
Mercedes-Benz GLC F-Cell (sudah dihentikan produksi)
Gimana guys menurut kalian, bakal bertahan atau ini hanya awal dari akan berubahnya tren mobil listrik ke Hybrogen?
Lihat Selengkapnya
3 Alasan BYD Menang Gugatan BMW Soal Nama M6 di Indonesia07 Jul 2025
3 Alasan BYD Menang Gugatan BMW Soal Nama M6 di Indonesia07 Jul 2025
Jakarta, Goodcar.id – Pengadilan Negeri Jakarta Pusat resmi menolak gugatan yang diajukan BMW AG terhadap PT BYD Motor Indonesia pda 26 Februari 2025 lalu. Dalam sengketa ini, BMW menuding BYD menggunakan nama "M6" secara ilegal.
Putusan ini dibacakan oleh majelis hakim yang diketuai Dariyanto, S.H., M.H. dalam perkara bernomor 19/Pdt.Sus-HKI/2025/PN Niaga Jk. Pst. Majelis hakim menyatakan seluruh gugatan BMW tidak dapat diterima alias niet ontvankelijk verklaard. Artinya, tidak ada pelanggaran yang dilakukan BYD, dan merek BYD M6 sah digunakan di pasar Indonesia.
Berikut ini adalah tiga alasan utama mengapa BYD menang gugatan atas BMW terkait penggunaan nama M6:
1. Nama “BYD M6” Dianggap Memiliki Unsur Pembeda yang Sah
Poin pertama yang membuat BYD menang gugatan adalah karena majelis hakim menilai bahwa "BYD M6" secara hukum merupakan objek yang berbeda dari sekadar “M6”. Hal ini juga sejalan dengan pembelaan BYD dalam sidang, yang menyatakan bahwa nama produk mereka selalu diawali dengan “BYD”, sehingga tidak menyalahi hak merek milik BMW.
BMW memang mengklaim sebagai pemilik sah merek "M6" yang sudah terdaftar di kelas 12 untuk kendaraan bermotor dengan nomor IDM000578653. Namun, hakim menyatakan bahwa kombinasi nama "BYD M6" berbeda secara substansial, karena tidak hanya menggunakan "M6" secara berdiri sendiri.
Dengan adanya pembeda yang jelas di depan nama model, BYD menang gugatan karena tidak terbukti melanggar kekayaan intelektual milik BMW secara langsung.
2. Produk yang Dipasarkan Berbeda Secara Kategori dan Segmentasi
Alasan kedua mengapa BYD menang gugatan adalah karena kedua produk memiliki bentuk, fungsi, dan pasar yang berbeda. BYD M6 merupakan MPV keluarga yang ditujukan untuk pasar mobil penumpang di segmen middle hingga upper. Sementara itu, M6 milik BMW secara historis digunakan untuk mobil sport coupe mewah yang lebih niche.
Majelis hakim menilai bahwa tidak ada potensi kebingungan konsumen secara signifikan antara kedua produk. Dalam hukum merek, perbedaan segmentasi produk menjadi dasar penting untuk menilai apakah suatu merek membingungkan konsumen atau tidak.
Fakta bahwa BYD M6 tidak pernah dipasarkan sebagai kendaraan sport atau premium seperti BMW M6 membuat klaim BMW terhadap potensi kerugian komersial menjadi lemah di mata hukum. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika BYD menang gugatan atas dasar ini.
3. Gugatan BMW Dinilai Prematur oleh Majelis Hakim
BYD juga menyampaikan bahwa gugatan BMW dianggap prematur. Dalam pembelaannya, BYD menjelaskan bahwa mereka tidak pernah memasarkan produk dengan nama “M6” saja, melainkan selalu mencantumkan nama lengkap “BYD M6”. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa BYD COMPANY LIMITED tidak memproduksi barang dengan merek ‘M6’ tanpa embel-embel BYD.
Majelis hakim sepakat dengan argumen ini dan menyatakan bahwa gugatan BMW tidak cukup kuat secara prosedural maupun substansial. Putusan pengadilan pun menegaskan bahwa BMW gagal membuktikan pelanggaran merek secara hukum, sehingga BYD menang gugatan secara penuh, termasuk bebas biaya perkara.
BYD Bebas Pasarkan M6 di Indonesia
Kemenangan ini membuat BYD menang gugatan secara sah dan final di tahap ini, yang berarti BYD tidak perlu menarik produk BYD M6 dari pasar Indonesia. Model MPV tersebut kini bisa terus dijual dan dipasarkan tanpa risiko pelanggaran hukum atas merek.
Kasus ini juga menjadi preseden penting bagi industri otomotif di Indonesia, khususnya dalam menyikapi perselisihan merek antara pabrikan global dan pemain baru dari Tiongkok. Di tengah meningkatnya persaingan jelang GIIAS 2025, BYD menang gugatan menjadi momentum strategis bagi brand asal China ini untuk semakin agresif memperkuat posisi di pasar lokal.
Lihat Selengkapnya
Perbedaan Mobil Hybrid, Mild Hybrid, Plug-in Hybrid, dan EV: Mana yang Cocok untuk Kamu?04 Jul 2025
Perbedaan Mobil Hybrid, Mild Hybrid, Plug-in Hybrid, dan EV: Mana yang Cocok untuk Kamu?04 Jul 2025
Jakarta, Goodcar.id - Masih bingung membedakan antara mobil hybrid, mild hybrid, plug-in hybrid (PHEV), dan EV? Tenang, kamu nggak sendirian. Di tengah tren kendaraan ramah lingkungan yang terus berkembang, teknologi elektrifikasi mobil juga makin beragam dan kompleks.
Tapi seiring dengan kemajuan itu, muncul pula istilah-istilah teknis yang sering bikin banyak orang garuk kepala.
Sekilas memang terdengar mirip, padahal cara kerja, karakteristik, dan pengalaman berkendaranya sangat berbeda.
Buat kamu yang sedang mempertimbangkan mobil hemat BBM, rendah emisi, atau bahkan tanpa emisi sama sekali, penting banget untuk memahami perbedaan keempat teknologi ini.
Yuk, kita kupas satu per satu dengan cara yang simpel dan mudah dimengerti.
1. Mobil Hybrid (Full Hybrid)
Mobil hybrid adalah jenis elektrifikasi yang paling umum dan sudah cukup banyak ditemui di jalanan Indonesia. Teknologi ini menggabungkan mesin bensin dan motor listrik yang bisa bekerja secara bergantian atau bersamaan.
Saat mobil melaju pelan, misalnya di kemacetan atau kecepatan rendah, motor listrik bisa mengambil alih sepenuhnya. Tapi saat butuh tenaga lebih besar, seperti saat menyalip atau menanjak, mesin bensin akan aktif untuk membantu.
Contoh mobil hybrid di Indonesia misal ada Toyota Corolla Cross Hybrid, Innova Zenix dan yang terbaru Honda HR-V RS e:HEV. Penandaan mobil-mobil hybrid murni umumnya diberi akronim HEV yang merupakan kepanjangan dari Hybrid Electric Vehicle.
Selain tentunya lebih hemat dibanding mobil konvensional (bensin murni), kelebihan mobil hybrid adalah tidak perlu di-charge karena sistemnya mengisi sendiri lewat pengereman regeneratif
Seperti teknologi pada Honda HR-V, transisi antara bensin dan listrik sangat halus.
2. Mild Hybrid
Mild hybrid, atau sering disebut MHEV (Mild Hybrid Electric Vehicle), bisa dibilang sebagai versi paling sederhana dari elektrifikasi mobil. Mobil jenis ini tetap mengandalkan mesin bensin sebagai penggerak utama, tapi dibantu motor listrik kecil dan baterai misal pada Suzuki Fronx berukuran 12V untuk efisiensi tambahan.
Motor listrik ini biasanya hanya aktif saat mobil start-stop atau membantu sedikit saat akselerasi. Jadi, mobil mild hybrid tidak bisa melaju hanya dengan tenaga listrik.
Contoh mobil mild hybrid di Indonesia dikuasai oleh pabrikan Suzuki. Dan yang terbaru dimiliki oleh Suzuki Suzuki Fronx, selain Suzuki XL7 dan Ertiga Hybrid.
Meski mild hybrid, yang notabene memiliki teknologi lebih sederhana, namaun teknologi ini juga ampuh dalam memangkas konsumsi BBM. Misal pada Suzuki Fronx konsumsi BBM yang pernah ditorehkan dalam uji test media mencapai 24 km/liter.
3. Plug-in Hybrid (PHEV)
Plug-in hybrid, atau PHEV, menggabungkan mesin bensin dan motor listrik seperti hybrid biasa, tapi dengan baterai yang jauh lebih besar. Karena itu, PHEV bisa melaju dalam mode full listrik sejauh 40–100 km tergantung kapasitas baterainya.
Sesuai namanya, PHEV bisa di-charge dari sumber listrik eksternal, baik lewat colokan rumah maupun stasiun pengisian. Ketika baterai habis, mobil akan otomatis beralih ke mode bensin.
Contoh PHEV di Indonesia:
Mitsubishi Outlander PHEV
Chery Tiggo 8 Pro PHEV
BMW X5 xDrive45e
4. EV (Electric Vehicle)
Mobil listrik murni alias EV adalah mobil yang sepenuhnya menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga. Tanpa mesin bensin sama sekali, EV menghasilkan nol emisi, suara sangat senyap, dan akselerasi yang instan.
Baterainya perlu diisi ulang lewat charger di rumah atau stasiun pengisian umum (SPKLU). Jarak tempuhnya bervariasi, tapi rata-rata EV modern bisa melaju sejauh 300–500 km dalam sekali pengisian penuh.
Contoh EV populer di Indonesia misal VW ID.Buzz, Hyundai Ioniq 5, Wuling Air ev, Nissan Leaf dan masih banyak lagi.
Adapun kelebihan dari teknologi ini adalah nol emisi, lantaran sama sekali tidak menggunakan bahan bakar minyak.
Lihat Selengkapnya
Goodfriends bisa bertanya lebih jauh tentang ketersediaan unit, promo & benefit menarik, negosiasi harga ataupun simulasi kredit yang sesuai dengan kebutuhan Anda.