Jakarta, Goodcar.id - Mitsubishi Motors resmi memperkenalkan Destinator sebagai model global terbaru mereka di ajang GIIAS 2025. Hadir sebagai SUV 7-penumpang bermesin turbo, Destinator menjadi taruhan besar Mitsubishi di segmen SUV menengah. Setelah kegagalan Xforce menembus pasar seperti yang diharapkan, kehadiran Destinator seolah jadi peluru terakhir Mitsubishi di segmen panas ini.
Pertanyaannya, cukupkah spesifikasi dan fitur yang ditawarkan Destinator untuk menandingi dominasi Honda CR-V Turbo, Chery Tiggo 8 Pro, dan Toyota Innova Zenix Hybrid?
Dibanderol Rp500 Jutaan, Langsung Mengincar Tiggo 8 Pro
Meski harga resminya belum diumumkan, Mitsubishi mengisyaratkan bahwa varian tertinggi Destinator akan berada di kisaran Rp500 jutaan (OTR Jakarta). Artinya, ia langsung bertarung head-to-head dengan Chery Tiggo 8 Pro, SUV 7-penumpang yang dikenal sangat kompetitif dari segi fitur dan harga.
Tapi menariknya, dari sisi spesifikasi mesin, Destinator justru lebih sepadan untuk menghadapi Honda CR-V Turbo yang dibanderol sedikit lebih tinggi, di kisaran Rp600 jutaan. Bahkan, jika mempertimbangkan kenyamanan kabin dan nilai efisiensi bahan bakar, Destinator juga bakal bersaing tak langsung dengan Toyota Innova Zenix Hybrid yang sudah lebih dulu mapan di pasar fleet maupun keluarga urban.
Perbandingan Mesin: Turbo Kencang, Tapi Masih Kalah Taji
Secara teknis, Mitsubishi Destinator mengusung mesin 1.5L turbo MIVEC berkode 4B40 yang menghasilkan tenaga 163 PS dan torsi 250 Nm. Mesin ini dikombinasikan dengan transmisi CVT dan penggerak roda depan (FWD). Ada juga teknologi Active Yaw Control (AYC) dan lima mode berkendara, yang disebut-sebut meningkatkan traksi di berbagai kondisi jalan.
Namun, jika melihat kompetitornya, angka ini terbilang konservatif.
Dari tabel di atas, terlihat jelas bahwa Destinator kalah tenaga dibanding CR-V dan jauh di bawah Tiggo 8 Pro. Bahkan jika dibandingkan dengan Innova Zenix Hybrid, tenaga puncaknya juga tidak dominan. Tapi Mitsubishi bisa jadi sengaja memilih setelan ini untuk menekan konsumsi bahan bakar dan memberikan pengendaraan yang smooth bagi pengguna keluarga.
Tak bisa dimungkiri, beberapa kekurangan teknis pada Destinator bisa menjadi batu sandungan di pasar SUV kompetitif:
1.Tenaga Paling Rendah di Kelasnya
Dengan hanya 163 PS, Destinator punya performa paling rendah dibanding tiga rival utama. Akselerasi dan respons mesin bisa terasa biasa saja, apalagi saat kondisi full load.
2. Transmisi CVT
CVT memang nyaman, tapi sensasi berkendara kurang menggigit jika dibandingkan transmisi DCT pada Tiggo 8 atau sistem e-CVT hybrid milik Zenix.
3. Belum AWD
Walau dibekali AYC, absennya penggerak AWD seperti di CR-V atau minimal versi e-Four seperti Zenix membuat Destinator kurang fleksibel untuk medan berat.
Fitur unggulan seperti mode berkendara, kabin 7-seater yang lega, fitur keselamatan aktif, hingga desain eksterior yang maskulin tetap menjadi nilai jual. Selain itu, banderol harga di Rp500 jutaan bisa jadi pertimbangan kuat bagi konsumen yang mengincar SUV turbo tanpa harus menguras kantong seperti CR-V atau Fortuner.
Setelah Xpander dan Xforce, kini Mitsubishi menaruh harapan besar pada Destinator sebagai model strategis global ketiga. SUV 7-penumpang ini tak hanya dirancang untuk konsumen Indonesia, tapi juga untuk pasar ekspor lintas benua—mulai dari Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Afrika dan Amerika Latin.
Ambisinya pun tidak main-main. Presiden dan CEO Mitsubishi Motors, Takao Kato, menargetkan penjualan global Destinator sebesar 50.000 unit per tahun, “dengan kontribusi dari pasar Indonesia sekitar 10.000 unit hingga akhir Maret 2026,” katanya.
Dengan target sebesar itu dan statusnya sebagai andalan baru Mitsubishi di pasar SUV keluarga, tak berlebihan jika menyebut Destinator sebagai peluru terakhir Mitsubishi untuk menjaga eksistensinya di segmen panas ini.
Bila gagal, bisa jadi strategi pertumbuhan Mitsubishi di kawasan ASEAN berpotensi tersendat.
Belajar dari Kegagalan Xforce
Optimisme besar terhadap Destinator tentu tidak datang dari ruang hampa. Sebelumnya, Mitsubishi juga meluncurkan Xforce dengan ekspektasi tinggi. SUV kompak tersebut ditargetkan mampu mencetak penjualan 10.000 hingga 20.000 unit per tahun.
Namun kenyataan di lapangan jauh dari harapan. Hingga penghujung 2023, penjualan Xforce secara nasional tercatat hanya sekitar 2.000 unit. Lalu sepanjang dua bulan pertama 2024, angka penjualan hanya bertambah sekitar 600 unit lagi, dengan wilayah Jabodetabek menyumbang sekitar 300 unit per bulan. Capaian tersebut masih jauh dari proyeksi awal.
Yang lebih mengkhawatirkan, performa Xforce juga terlihat sangat fluktuatif. Pada Februari 2024, distribusi nasional hanya menyentuh angka 33 unit, lalu mendadak melonjak ke 425 unit di April 2024. Lonjakan ini tidak mencerminkan pertumbuhan yang organik, melainkan menandakan betapa sulitnya menjaga kestabilan permintaan di lapangan.
Mitsubishi sempat mencoba mendorong penjualan dengan merilis varian baru, Xforce Ultimate DS, yang sudah dibekali fitur keselamatan aktif atau ADAS. Model ini dirilis pada November 2024, dan diklaim memberikan peningkatan penjualan sekitar 20%. Tapi sekali lagi, capaian ini masih belum cukup untuk mendekati target awal.
Jika penjualan Destinator di bulan-bulan awal tidak langsung menunjukkan tren positif, seperti halnya yang terjadi pada Xforce, maka masa depan lini SUV keluarga Mitsubishi bisa kembali abu-abu. Karena itu, peluncuran resmi Destinator di GIIAS 2025 menjadi momen krusial.
Sebab, dalam kondisi pasar otomotif yang semakin kompetitif dan berubah cepat, Mitsubishi tidak lagi punya ruang untuk sekadar “coba-coba”. Jika Destinator tidak berhasil mencetak daya tarik yang berkelanjutan sejak awal, sulit membayangkan strategi jangka panjang Mitsubishi bisa berjalan mulus.